Tahun 2018 adalah tahun yang luar biasa untuk komunitas openSUSE Indonesia. Ada cukup banyak pencapaian kita sebagai komunitas yang cukup membanggakan. Sebagai orang lama dalam komunitas ini saya merasa cukup banyak bermunculan orang muda yang bisa jadi panutan bagi generasi mendatang di kemudian hari. Walaupun dominasi 4L (lu lagi lu lagi) tidak bisa dipungkiri, karena orang-orang yang sama juga adalah penggiat di BlankON, LibreOfficeID, Glib, dan komunitas lainnya, hal itu tidak mengurangi kekaguman saya dengan militansi mereka terhadap penyebaran penggunaan FOSS di Indonesia
Seperti kata seorang sahabat saya di openSUSE, langkah awal adalah yang paling susah. Ketika saya mulai menggunakan Linux di tahun 1997 tidak ada seorang pun yang menggunakannya di tempat kerja saya. Saya sudah sekitar 2 tahun menggunakan Unix saat itu dan kebetulan banyak perangkat lunak GNU yang juga digunakan di kedua sistem operasi tersebut jadi perintah-perintahnya tidak begitu asing. Tapi sangat sulit untuk menemukan orang untuk berdiskusi langsung saat itu. Saat ini hambatan yang saya rasakan dulu sepertinya sudah tidak ada lagi. Ada banyak tempat untuk orang bertanya asal ada niat.
Hal yang cukup membanggakan juga adalah tentang translasi openSUSE. Tidak seperti beberapa versi bahasa lain yang sebagian penerjemahannya dilakukan oleh SUSE, terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia adalah murni kerja komunitas. Banyak terima kasih kepada tim penerjemahan, saya harus sebut beberapa nama di sini, Arif Budiman, Kukuh Syafaat, dan manajer bot primbon ijo, Yan Arief. Tentu ucapan terima kasih juga untuk semua anggota tim translasi, tercatat ada 30 orang, maaf saya tidak sebut satu per satu, anda semua hebat 🙂
Ada beberapa orang yang pada tahun 2018 diterima sebagai member openSUSE, yang saya ingat ada Kukuh Syafaat, Dhenandi, Estu Fardani, Yan Arief. Beberapa orang lagi sudah mengajukan aplikasi pendaftaran keanggotaan, saya yakin mereka memenuhi syarat, dan tinggal menunggu waktu saja untuk disetujui. Kalau anda berminat silakan ajukan dengan mengikuti petunjuk pada halaman wiki.
Hari tersedih bagi komunitas di tahun 2018 adalah saat kita kehilangan Muhammad Rafi pada bulan Februari 2018 Saya tidak kenal dekat dengan dia, tapi saya sempat ketemu beberapa kali, di acara Bekraf Habibie Festival bulan Agustus 2017, release party openSUSE 42.3 dll dan dalam kesempatan-kesempatan tersebut saya mengenalnya sebagai anak muda yang bersemangat sekaligus sangat rendah hati. Doa kita semua untuk almarhum Rafi.
Pada 23-25 Maret 2018 openSUSE / openSUSE Indonesia mendapatkan undangan untuk membuka booth pada acara Konferensi LibreOffice Indonesia. Terima kasih kepada Komunitas LibreOffice Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada kita untuk ikut serta berpartisipasi pada acara tersebut. openSUSE selalu mendukung LibreOffice sejak awal pembentukan proyek tersebut. Lebih jauh silakan dibaca bagaimana go-oo dihentikan pengembangannya dan disatukan ke dalam LibreOffice.
Tanggal 21 Mei 2018, kita membuat tiket di progress openSUSE untuk meningkatkan status repo yang dikelola komunitas untuk masuk ke staging repo openSUSE. Tanggal 22 Mei 2018, Per Jessen, salah satu anggota Heroes Team openSUSE membalas dan mengatakan repo kita resmi masuk ke repo mirror resmi openSUSE. Semoga hal ini bisa membantu tersedianya update yang cepat dan terkini untuk komunitas openSUSE Indonesia.
openSUSE Leap 15.0 dirilis tanggal 25 Mei 2018 bertepatan dengan penyelenggaraan openSUSE Conference 2018 di Prague. KLAS Surabaya yang pertama kali menyelenggarakan pesta rilis Leap 15.0 di Indonesia pada tanggal 2 Juni 2018. Terima kasih atas inisiatif Darian Rizaluddin dan kawan-kawan. Anda semua memang bisa diandalkan 🙂 Bekerjasama dengan Glib, openSUSE Indonesia juga mengadakan pesta rilis di Bogor pada tanggal 1 Juli 2018. Anda semua keren!
openSUSE.Asia Summit 2018
diadakan bersamaan dengan GNOME.Asia Summit 2018 dan COSCUP di Taipei
11-12 Agustus 2018. Tahun 2018 ini cukup banyak rekan-rekan dari
openSUSE Indonesia yang menghadiri acara tersebut baik sebagai pembicara
maupun peserta. Jadi kalau kalian mau jalan-jalan ke luar negeri
dibayarin 80% jangan segan-segan untuk ikutan komunitas dan submit
proposal siapa tahu anda terpilih 🙂
Saat pelaksanaan openSUSE.Asia Summit 2018 diadakan pembukaan pendaftaran tuan rumah untuk acara serupa di tahun 2019. India dan Indonesia mengajukan diri menjadi calon tuan rumah. Akhirnya setelah diadakan voting maka pada tanggal 5 Oktober 2018 ditetapkan Indonesi/Bali sebagai tuan rumah penyelenggaran openSUSE.Asia Summit 2019.
Kepanitian inti untuk openSUSE.Asia Summit 2019 sudah mulai bekerja, ada Kukuh, Dhenandi, Ary, Yan Arief, Estu, Rania, Rifki. Mereka telah melakukan survey ke Bali dan rencana penyelenggaraan akan bertempat di Jurusan Teknologi Informasi, Fakultas Teknik Universitas Udayana pada bulan Oktober 2019. Terima kasih untuk Pak Putu Shinoda yang sudah bersedia ketempatan. Panitia pasti akan butuh banyak bantuan, baik tenaga maupun material, ditunggu partisipasi dari rekan-rekan komunitas openSUSE Indonesia semuanya.
Komunitas openSUSE Indonesia berkontribusi memberikan desain untuk Mugs bagi para mentor GSoC openSUSE. Sebenarnya ada 3 orang yang memasukkan desain, Ahmad Romadhon (Rania), Pramasta, Tamara. Desain Pramasta akhirnya terpilih. Aris Winardi juga membuat poster untuk pemilihan Board member openSUSE yang akan diselenggarakan bulan Februari 2019. Terima kasih semuanya.
Ada satu hal yang tahun 2018 ini Komunitas openSUSE Indonesia tidak bisa memenuhinya yaitu kepesertaan sebagai murid/student untuk Google Summer of Code di bawah organisasi openSUSE. Saya dan Ana (openSUSE Board member) sejak tahun 2017 sudah berencana untuk mempromosikan GSoC openSUSE untuk menarik minat lebih banyak anak muda/mahasiswa dari Indonesia ke ajang ini. Sayangnya dari 3 orang yang menyatakan minatnya tidak bisa melangkah lebih jauh. Kelemahan dari anak-anak muda kita ini saya perhatikan adalah tidak memulai dengan melakukan riset dulu terhadap proyeknya sejak awal, padahal proyek yang diikutsertakan sangat terbuka dan dapat dilihat di halaman Github! Mereka menunggu sampai detik-detik terakhir untuk memasukkan proposal. Kelihatannya kebiasaan kuliah sistem kebut semalam :-D. Harusnya dari jauh-jauh hari bisa dipelajari, lakukan PR jika melihat ada celah untuk perbaikan, hitung-hitung latihan dan pemanasan sambil menunjukkan kemampuan kamu kepada mentor, sembari siapkan proposal. Sebenarnya ada yang sudah membuat proposal dengan keren dan menjalankan saran saya di atas, tetapi memang proses seleksi yang dilakukan sangat ketat.
Untuk GSoC tahun 2019 mari sama-sama kita coba lagi, masih ada kesempatan, walaupun yang saya dengar openSUSE belum tentu akan berpartisipasi di GSoC 2019. Kita juga kekurangan mentor. Sudah ada 2 mahasiswa yang menyatakan keinginannya kepada saya untuk ikut serta sebagai GSoC student. Proyek apa yang akan kita sertakan di GSoC sebenarnya baru akan ditetapkan pada Februari 2019. Tetapi tidak ada salahnya mempersiapkan diri dari sekarang. Bagi yang lain jika tertarik ayo ikutan! Dan tunggu informasi lebih lanjut….
Terima kasih komunitas openSUSE Indonesia untuk tahun 2018 yang keren. Semoga di tahun 2019 akan muncul muka-muka baru yang siap berkontribusi untuk openSUSE, penyebarluasan penggunaan FOSS dan menyebarkan kebaikan kepada sesama.
No Comments